ORANG KRISTEN DAN HUTANG

1. Mari kita baca Roma 13: 8
Alkitab dengan sangat tegas menganjurkan supaya kita jangan berhutang.

2. Sebenarnya apakah pengertian hutang itu?

a. Pengertian pertama. Hutang adalah uang yang dipinjam dari orang lain. Termasuk didalamnya pinjaman yang berasal dari bank, teman, sanak saudara, kredit barang, lembaga kartu kredit, dll.

Jika pengertian pertama ini kita hubungkan dengan Roma 13:8 maka bunyi ayat itu akan demikian: Janganlah kamu meminjam apa-apa (yang terdaftar diatas) kepada siapapun.

b. Pengertian kedua. Hutang adalah kewajiban membayar kembali

apa yang sudah diterima atau dipinjam. Artinya: jika kita meminjam uang dan berjanji membayar pada tanggal 10, uang yang kita terima sampai dengan tanggal 10 itu belum diperhitungkan sebagai hutang. Jadi terhitung dari tanggal 10 dan selanjutnya, jika pinjaman itu tidak dibayar, menurut pengertian kedua ini, itulah yang disebut hutang.

Jika pengertian kedua ini diterapkan pada Roma 13:8 maka bunyi ayat itu akan menjadi demikian: Janganlah kamu tidak mengembalikan apa yang kamu pinjam pada waktu yang telah disepakati kepada siapapun juga.

3. Jika ada 2 pengertian yang berbeda seperti ini, Kebenaran manakah yang paling tepat dan yang seharusnya kita jalankan?

a. Firman Allah sangat menganjurkan kita untuk menjadikan pengertian pertama menjadi gol utama yang kita capai.

b. Namun jika amat mendesak, pengertian ke-2 boleh menjadi alternative pilihan untuk dilakukan. Jangan jadikan alternative utama atau pilihan pertama,sebaliknya jadikanlah pilihan yang terakhir dan mendesak.. Dengan satu syarat yang sangat tegas dari Firman Tuhan, kita harus menepati kesepakatan pembayaran dengan tepat dan penuh tanggung jawab. Sebagai peneguhan dari Roma 13:8 pada pengertian yang kedua, marilah kita baca Matius 5: 37 dan Mazmur 37:21.

4. Mengapa Firman Allah menganjurkan kita untuk tidak berhutang?

a.
Hutang membuat hidup kita tidak nyaman. Bulan yang baru sama dengan memikirkan tagihan yang baru dan berkata mengapa satu bulan begitu cepat berlalu. (Menghilangkan damai sejahtera yang Tuhan berikan)

b. Hutang membuat kita hidup menjadi ”budak” orang yang memiutangi kita. Seringkali orang yang memberi pinjaman akan memandang rendah pada orang yang berhutang kepadanya, dan orang yang dihutangi akan merasa kenyamanannya terganggu dimanapun ia bertemu dengan orang yang memiutanginya.

c. Hutang membuat hubungan baik kita dengan sesama menjadi rusak.

d. Hutang merusak nama baik kita. Kepandaian, hidup yang beretika, pelayanan yang tekun dan rajin, talenta dan kelebihan apapun yang kita miliki akan turun mutu dihadapan semua orang jika mereka tahu kita punya kebiasaan tidak terpuji dalam berhutang.

e.
Hutang membuat kita memiliki kesulitan khusus untuk menikamati berkat Tuhan.
Berkat yang diterima sekarang habis dan menguap untuk kebutuhan masa lalu sehingga hari ini dan besok dihadapi dengan beban.

f.
Dengan berhutang kita terlalu berani memastikan masa depan kita. Dengan berani
berhutang sebenarnya kita sedang berani berkata bahwa dimasa mendatang saya pasti dapat melunasinya. Siapa yang tahu kelanjutan hidup kita di masa depan? Siapa yang tahu apa yang akan terjadi dengan kita di esok hari? Mari kita baca Yak 4:13-15

g.
Hindari Hutang sebagai KEBIASAAN / Pola hidup.

5. Jika pinjaman mendesak untuk dilakukan,pastikan kita mengikuti petunjuk ini:

a. Pastikan kita tidak menjadi terbiasa untuk berhutang. Utang atau pinjaman itu harus benar-benar merupakan suatu perkecualian.

b. Hindari meminjam dalam hubungan individu, supaya hubungan kita dengan sesama tidak terganggu.

c. Usahakan memperoleh pinjaman dari sebuah lembaga keuangan pemerintah..

d. Pastikan keabsahan hukum lembaga dimana anda mengambil pinjaman.

e. Pastikan kita melunasinya tepat waktu. Ini menyangkut kepercayaan orang lain terhadap kita.

f. PERHATIKAN kemampuan bayar kita.

g. Hendaknya mengambil pinjaman paling banyak 30% dari seluruh penghasilan kita, supaya kebutuhan harian yang lain tidak tercecer dari perhatian.

6. Usahakan untuk tidak ikut menjamin utang orang lain. Setiap kali kita membubuhkan tanda tangan sebagai pihak kedua, secara yuridis (hukum)kita ikut bersama-sama berhutang. Hal itu sama seperti anda meminjam uang kemudian memberikannya kepada teman atau sanak saudara kita. Alkitab tidak menganjurkan hal ini. Mari kita baca Amsal 17:18.

7. Sebagai pemimpin jemaat kami berharap dengan sangat supaya kita tidak menerapkan praktek hutang piutang dan bisnis dalam lingkungan gereja . Mari kita ciptakan rumah Tuhan yang penuh dengan nilai-nilai rohani .

8. Tuhan sangat senang memberkati kita. Namun Tuhan akan lebih senang jika kita
menggunkannya dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan kebenaran Fiorman Tuhan.
Semua itu bukan supaya kita hidup terikat tetapi supaya kita hidup penuh ketenangan dan
ucapan syukur atas pemeliharaan Allah.


Tuhan Yesus memberkati.

KAUM PRIA "AYUB"


Kami kaum pria "AYUB" GKB Bahtera Hayat rindu menjadi teladan dalam karakter dan juga mempunyai iman yang terus bertumbuh di dalam Tuhan.

PENGURUS GEREJA

Pengurus Gereja periode 2008-2010